JESUS ONLY
Ditulis oleh Albert HAnanto (AHa) || beta version
07 Oktober 2019
12 September 2019
Materi Siaran Radio ttg Parenting
(1) Harus disadari bahwa orangtua berpengaruh besar. Sebuah
keluarga dimulai dari pekawinan. Perkawinan terdiri dari suami istri. Untuk
melahirkan keturunan Ilahi dimulai dari dasar hubungan yang benar.
Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka
daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi
jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa
mudanya. (Mal 2 :15)
(2) Percayai bahwa Alkitab itu sumber jawaban sebagai
referensi utama dan tertua. Termasuk mengenai perkawinan dan keluarga. Harus
kembali pada prinsip : mencegah lebih baik daripada mengobati. Sama seperti
ketika menggunakan HP, alat elektronik lainnya yang sebenarnya sudah disertakan
buku manual. Seringkali kita menggunakannya terlebih dahulu tanpa membaca buku
manual sebelumnya. Tuhan sudah menyediakan buku manual kehidupan, yang
didalamnya ada mengenai perkawinan namun seringkali diabaikan. Begitu banyak
calon mempelai yang memaksa Gereja untuk mempersingkat bimbingan pernikahan,
dulu hampir tidak ada bimbingan pasca pernikahan. Orang malas belajar mengenai
perkawinan sampai akhirnya harus bayar mahal ketika perkawinan di ambang kehancuran.
Mereka berpikir konseling pernikahan hanya untuk pribadi yang bermasalah,
mereka juga tidak mau investasi membaca alkitab mengenai pernikahan, mengikuti
seminar, membaca buku, belajar dari mentor mengenai pernikahan. Jadi pernikahan
dianggap secara otomatis bisa dijalani dengan baik karena ada dalam siklus
kehidupan alamiah.
Jadi untuk meyakinkan bahwa Alkitab adalah jawaban, kita
ambil contoh yang dekat dengan bahasan pengasuhan anak, yaitu mengenai ASI
Eksklusif / Urusan cerai susu :
(a) Lalu bertanyalah
kakak anak itu kepada puteri Firaun: “Akan kupanggilkah bagi tuan puteri
seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan
puteri?” Sahut puteri Firaun kepadanya: “Baiklah.” Lalu pergilah gadis itu
memanggil ibu bayi itu. (Keluaran 2:7-8 TB)
(b) Tetapi Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada suaminya: “Nanti apabila anak itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat Tuhan dan tinggal di sana seumur hidupnya.” (1 Samuel 1:22)
Sebagai contoh lain, untuk meyakinkan bahwa Alkitab juga
mengatur aspek lain dalam kehidupan yang mungkin kelihatannya sepele, remeh.
Misal :
(a) soal buang hajat, terkait dengan kesehatan/ higienis dan
lingkungan hidup :
Di luar perkemahan itu haruslah ada bagimu
suatu tempat ke mana engkau pergi untuk kada hajat. Di antara perlengkapanmu haruslah ada padamu
sekop kecil dan apabila engkau jongkok kada hajat, haruslah engkau menggali
lobang dengan itu dan menimbuni kotoranmu. Sebab TUHAN, Allahmu, berjalan dari
tengah-tengah perkemahanmu untuk melepaskan engkau dan menyerahkan musuhmu
kepadamu; sebab itu haruslah perkemahanmu itu kudus, supaya jangan Ia melihat
sesuatu yang tidak senonoh di antaramu, lalu berbalik dari padamu." (Ul 23
: 12-14)
(b) mengenai pentingnya titik, digenapi sekarang ini dengan
contoh begitu pentingnya titik dalam penulisan alamat situs/email.
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Mat 5 : 18)
Setelah yakin dengan Alkitab sebagai sumber referensi yang
bisa diandalkan, kita sebagai sebuah keluarga harus mengevaluasi
A. Apakah kita telah menjalani kehidupan suami istri sesuai
dengan apa yang diajarkan di alkitab?
B. Apakah kita memiliki pandangan yang tepat mengenai anak?
Contoh :
A. mengenai suami istri
(a) mengenai struktur suami istri, apa yang alkitab katakan
mengenai “struktur” suami istri?
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti
kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat
tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala
sesuatu. (Ef 5 : 22-24)
(b) Alasan keberadaan, alasan bertahan dalam perkawinan
seringkali bukan karena ingat perjanjian dengan pasangannya tetapi demi anak.
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya
dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu
daging. (Ef 5 : 31).
Jadi alasan seorang laki-laki meninggalkan ayah ibu,
kehidupannya “di masa lalu” / masa yang lalu adalah untuk bersatu dengan istri.
Janji itu diucapkan pada istri tanpa melibatkan anak.
Sebenarnya ketika suami istri melakukan :
Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan
ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing
berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah
menghormati suaminya. (Ef 5 : 32 – 33)
Maka anak sedang melihat Allah. Allah termanifestasikan dalam
praktek kasih dan hormat. Hukum Allah dalam
PL (10 perintah Allah) sejatinya mengajarkan tentang hormat – Ul 5 : 6 – 21,
dan ketika Yesus ditanya hukum yang terutama dalam hukum Taurat, Ia mengajarkan
tentang kasih – Mat 22 : 36 – 40.
Ada siklus yang terjadi ketika kasih dan hormat tidak ada.
Orang yang merasa tidak dikasihi akan sulit untuk menghormati dan orang yang
merasa tidak dihormati sulit untuk mengasihi. Di dalam keluarga seharusnya
menjadi tempat persemaian saling memberi hormat dan kasih. Termasuk dari suami
kepada istri : Demikian juga kamu, hai
suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah!
Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan,
supaya doamu jangan terhalang. (I Ptr 3 : 7)
Ayat tersebut (Ef 5 : 32 – 33) dan ayat ini : Maka terbukalah mata mereka berdua dan
mereka tahu, bahwa mereka telanjang (Kej 3 : 7)
Maka kita bisa ambil 2 hal penting :
(c). Keterbukaan tidak sama dengan ketelanjangan. Kita
terkadang harus terbuka kepada pemimpin, komunitas tetapi tidak sama artinya
dengan ketelanjangan. Keterbukaan awal pemulihan tetapi ketelanjangan adalah
aib. Namun hanya dalam suami istri ada keterbukaan dan ketelanjangan. Artinya
selain karena perjanjian / covenant itu pada pasangan, lalu laki-laki
meninggalkan ayah ibu menandakan ia memulai yang baru yaitu keluarga baru, maka
ayat tadi mengenai ketelanjangan menjelaskan bahwa apapun yang terjadi termasuk
masalah hanya diselesaikan sendiri antara suami dan istri, tidak lagi pada
melibatkan pihak lain seperti orangtua / mertua.
(d). Kalau kondisi memungkinkan, sebenarnya kemandirian bukan
saja dalam pengambilan keputusan tetapi juga keluar dari rumah secara fisik,
sehingga meminimalkan ada 2 pemimpin
dalam 1 bahtera rumah tangga, karena akan menimbulkan celah pertengkaran.
Contoh ketika ada anak/cucu. Orangtua harus merelakan anaknya “pergi”.
B. Pandangan mengenai anak
v
Lalu
orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan
tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu,
Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang
kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti
itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak
akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil
meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. (Mrk 10 : 13 – 16).
"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan
menghalang-halangi mereka” Seruan Yesus
waktu itu sepertinya masih berlaku sampai hari ini. Seberapa besar diskriminasi
kita terhadap anak, jangan-jangan kita yang sekarang mengaku murid juga tak
jauh beda dengan murid waktu itu yaitu juga turut menghalangi anak datang
kepada Yesus. Kita pikir anak-anak kecil belum waktunya menyembah Tuhan, mereka
belum waktunya mendapatkan Firman Tuhan dengan baik terlihat ketika kita tidak
menghitungnya sebagai jemaat, tidak menganggap mereka ibadah tetapi sekolah,
menempatkan mereka di ruangan seapa adanya sementara jemaat dewasa seadaapanya,
jemaat dewasa mengundang pembicara terkenal untuk mengajarnya sementara
anak-anak diberi yang tidak bisa melayani dimana-mana, untuk ibadah dewasa ada
latihan dan persiapan sementara untuk anak-anak bisa berlangsung tanpa
persiapan. Tanpa kita sadari mungkin kita juga berpandangan ketika mereka
menerima Roh Kudus maka Roh Kudus di dalam mereka adalah Roh Kudus junior, yang
juga masih kecil.
Anak-anak bukan bertumbuh menjadi manusia, mereka manusia
yang utuh. Kita sering mengabaikan apa yang mereka rasakan. Contoh ketika
mereka menangis kesakitan, lalu ada orangtua yang menegor “itu tidak apa-apa”
v Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan
menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu (Mrk 9 :
36)
v Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan
menempatkannya di tengah-tengah mereka (Mat 18 : 2)
Anak-anak itu menjadi pusat perhatian. Anak-anak itu penting
bagi Yesus. Semestinya kita yang mengasihi Dia juga mengasihi anak-anak. Kita
juga mesti menganggap apa yang penting bagiNya, penting bagi kita.
v Ketika air yang dikirbat itu habis,
dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak, dan ia duduk agak jauh, kira-kira
sepemanah jauhnya, sebab katanya: "Tidak tahan aku melihat anak itu
mati." Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring. Allah
mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar,
kata-Nya kepadanya: "Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut,
sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah,
angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi
bangsa yang besar." (Kej 21 : 15-18)
v Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu
dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau
takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang
tunggal kepada-Ku." Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan
di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil
domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.(Kej
22 : 12-13)
Allah peduli, Allah tidak ingin ada kematian pada anak-anak.
Ia ingin anak-anak dibesarkan, dibimbing. Yesus sendiri “tidak ada catatan”
setelah catatan terakhir yang tertulis : Lalu
Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan
mereka.(Luk 2 : 51) sampai Ia
memulai pelayananNya.
(3) Orangtua selain merawat, mengasuh, mengasihi anak-anak
juga berperan sebagai sahabat. Hal ini bisa terwujud jika ada atmosfir
penerimaan dan keterbukaan sehingga komunikasi diantara orangtua dan anak bisa
terjalin dengan baik. Agar anak mulai terbuka bukan saja diajarkan tetapi juga harus
ada keterbukaan diantara suami istri.
Kita akan lihat contoh perbedaan dan dampak dari komunikasi
yang tertutup dengan adanya keterbukaan.
v Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam
rahimnya dan ia berkata: "Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?"
Dan ia pergi meminta petunjuk kepada TUHAN. Firman TUHAN kepadanya: "Dua
bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam
rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang
tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda." Setelah genap harinya untuk
bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya. Keluarlah yang
pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia
dinamai Esau. Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau,
sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka
lahir. Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai
berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang,
yang suka tinggal di kemah. Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan
daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.(Kej 25 : 22-28)
v Hak 13: 2-3, 6, 8-10 : Pada waktu itu ada
seorang dari Zora, dari keturunan orang Dan, namanya Manoah; isterinya mandul,
tidak beranak. Dan Malaikat TUHAN menampakkan diri kepada perempuan itu dan
berfirman kepadanya, demikian: "Memang engkau mandul, tidak beranak,
tetapi engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki…. (6) Kemudian
perempuan itu datang kepada suaminya dan berkata: "Telah datang kepadaku
seorang abdi Allah, yang rupanya sebagai rupa malaikat Allah, amat menakutkan.
Tidak kutanyakan dari mana datangnya, dan tidak juga diberitahukannya namanya
kepadaku. …. (ayat 8-10) Lalu Manoah memohon kepada TUHAN, katanya: "Ya
Tuhan, berilah kiranya abdi Allah, yang Kauutus itu, datang pula kepada kami
dan mengajar kami, apa yang harus kami perbuat kepada anak yang akan lahir
itu."Maka Allah mendengarkan permohonan Manoah, sehingga Malaikat Allah
datang pula kepada perempuan itu, ketika ia duduk di padang dan ketika Manoah,
suaminya itu, tidak ada bersama-sama dengan dia. Kemudian perempuan itu segera
berlari memberitahukan kepada suaminya, katanya kepadanya: "Orang yang
datang kepadaku baru-baru ini menampakkan diri pula kepadaku."
Dari 2 cerita tersebut kita melihat Ribka memulai komunikasi
dengan Ishak tidak dalam keterbukaan. Ribka mendapatkan Firman tetapi tidak
disampaikan pada Ishak sehingga Ishak mengasihi Esau dan Ribka mengasihi
Yakub. Sementara istri Manoah terbuka
dengan menceritakan pada suaminya apa yang Ia dapat dari Malaikat Tuhan.
Untuk berperan sebagai sahabat anak, maka jangan lupakan
dunia anak, apa yang sebenarnya juga merupakan hak anak yaitu bermain. Kita
seringkali bertanya sudah mandi belum, sudah makan belum, sudah belajar belum
tetapi lupa bertanya sudah bermain belum.
Dalam membangun keterbukaan harus juga dibangun terbuka
sebelum mereka mengalami kegagalan, jatuh dalam dosa. Mereka diijinkan
menyampaikan perasaan mereka, gagasan mereka. Seringkali kita bertanya “apa
menurutmu” dan melupakan “bagaimana perasaanmu”.
Dengan adanya keterbukaan, mereka akan menyadari mereka
dikasihi sepenuhnya, diterima seutuhnya, dan yang orangtua tolak adalah
dosanya. Orangtua juga akan lebih muda untuk mengenali siapa teman-temannya,
bagaimana anak-anak mengelola uang.
Dengan keterbukaan yang sudah terbangun, lebih mudah untuk
menanamkan nilai, untuk mengajarkan mengenai bahaya rokok, narkoba, dll karena
jembatan diantara kedua hati sudah terbangun.
(5) Rumah seharusnya juga tempat penyemaian nilai-nilai.
Dalam menanamkan nilai-nilai hal yang utama adalah keteladanan. Kita melihat 2
contoh, yang pertama contoh ”negatif” dari keluarga Abraham-Ishak-Yakub dan
kedua contoh “positif” dari keluarga Timotius.
(a) Abraham-Ishak-Yakub
Abraham-
Kej 20 : 1-2 1. Lalu Abraham berangkat dari
situ ke Tanah Negeb dan ia menetap antara Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar
sebagai orang asing. Oleh karena Abraham telah mengatakan tentang Sara, isterinya:
"Dia saudaraku," maka Abimelekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara.
Ishak –
Kej 26 : 1 Maka timbullah kelaparan di negeri
itu. --Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman
Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin.
Kej 26 : 7 Ketika orang-orang di tempat itu
bertanya tentang isterinya, berkatalah ia: "Dia saudaraku," sebab ia
takut mengatakan: "Ia isteriku," karena pikirnya: "Jangan-jangan
aku dibunuh oleh penduduk tempat ini karena Ribka, sebab elok parasnya."
Yakub –
Kata Yakub kepada ayahnya: "Akulah Esau,
anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah,
duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati
aku." (Kej 27 : 19)
(b) Lois-Eunike-Timotius
Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus
ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam
ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. (II Tim 1 : 5)

1) Orangtua haruslah pertama-tama yang akrab dengan perintah
Tuhan, yang pertama mendapatkan “makanan dari Sorga”, yang pertama “menerima
tuntunan” Tuhan. Yang disampaikan pada
anak, adalah apa yang diterima orangtua bukan babysitter.
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini
haruslah engkau perhatikan (ayat 6)
2) Bagaimana prosesnya? Berulang-ulang, butuh waktu, butuh
kesabaran dan ketekunan.
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu (ayat 7a)
2. Kapan membagikan nilai-nilai ?
(a) Saat waktu santai bersama, “quality time”. Quality time
harus disengaja, jangan lupa unsur fun.
dan membicarakannya apabila engkau duduk di
rumahmu (ayat 7b)
(b) Dalam perjalanan. Oleh sebab itu sangat alamiah jika
dalam perjalanan anak-anak sering bertanya. Bagaimana sikap hati dan cara
menjawab mereka? Ini waktu yang tepat untuk melatih mereka bertanya, mengenali
lingkungan.
apabila engkau sedang dalam perjalanan (ayat
7c)
(c) Sebelum tidur / di kamar. Pernahkah mendongengkan suatu
cerita untuk anak-anak sebelum tidur? Mereka membutuhkan dongeng untuk
bermimpi. Selain itu bagaimana sikap kita dalam berkomunikasi dengan mereka,
sudahkah dari hati ke hati?
apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun.(ayat 7d)
(d) Dalam kegiatan keseharian, sudahkah kita mendidik mereka
melalui contoh hidup kita?
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai
tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu (ayat 8)
(e) Dalam budaya bersama di rumah, menanamkan value melalui
kesepakatan – kesepakatan yang dibangun bersama.
dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang
pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu (ayat 9)
3.
Siapa yang harus membagikan nilai-nilai? Pertama dan terutama haruslah dari
ayah.
Kej 17 : 9 – 13 Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari
pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu
turun-temurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara
Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus
disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda
perjanjian antara Aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah
disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir
di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi
tidak termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau
beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu
menjadi perjanjian yang kekal.
CATATAN
:
1.
Mengasuh anak dimulai dari selagi masih di kandungan.
Sebab
ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman
keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya (Luk 1 : 15)
2.
Ketika anak menemukan jatidiri, maka martabat mereka dipulihkan, dan ketika
martabat dipulihkan akan menyatakan tujuan hidup mereka. Apa yang ditanamkan di
masa anak-anak akan mempengaruhi anak memandang masa depan/destiny.
Contoh
: apa yang dilakukan Yakub kepada Yusuf, apa yang Hana lakukan bagi Samuel dan
apa yang ibu Musa lakukan bagi Musa.
Yusuf
sudah istimewa, mengenakan jubah sebelum ia menjadi perdana menteri. Ayahnya
telah “menubuatkan”
Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab
Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah
yang maha indah bagi dia.(Kej 37 :3)
Samuel
menjadi imam dan Nabi besar karena sejak kecil ibunya telah menyiapkannya. Dia
melihat (dan mengenal) kehidupan imam sejak kecil.
Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih
anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. Setiap tahun
ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia
bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan (I Sam 2
: 18-19)
Musa
mengenali identitas dirinya sebagai seorang Ibrani, karena dalam masa
anak-anaknya ia tak terlepas dari asuhan ibunya.
Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan
saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang
Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh
ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu,
dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.(Kel 2: 11-12)
§ Visi dari anak
lahir ketika ia bisa melihat mimpi dari orangtuanya.
maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat;
orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat
penglihatan-penglihatan. (Yoel 2 : 28)
Ketika
anak sudah menemukan panggilan, destiny-nya maka ia tidak kesulitan untuk
memfilter pergaulan dan jenis aktivitas yang ia ikuti.
4.
Harus ada keseimbangan kasih dan disiplin.
Akibat
dari ketiadaan teguran atas anaknya.
Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan
ucapan: "Mengapa engkau berbuat begitu?" Iapun sangat elok
perawakannya dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom.(1 Raj 1 : 6)
Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum
keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa
anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka! (I Sam 3 :
13)
Bandingkan
dengan sikap Ayub :
Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub
memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah
Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian,
sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah
mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub
senantiasa.(Ayub 1 : 5)
Pertanyaan
:
a)
Bagaimana pelayanan dengan meninggalkan anak?
b)
Bagaimana pelayanan yang tanpa persetujuan pasangan?
Peringatan
: Jangan sampai kita gagal melalui fase menjadi orangtua, sekalipun punya anak
secara fisik tetapi seolah tidak memiliki keturunan, yaitu mereka yang mewarisi
nilai dan nama baik.
Sewaktu
hidupnya Absalom telah mendirikan bagi dirinya sendiri tugu yang sekarang ada
di Lembah Raja, sebab katanya: "Aku tidak ada anak laki-laki untuk
melanjutkan ingatan kepada namaku." Dan ia telah menamai tugu itu menurut
namanya sendiri; sebab itu sampai hari ini tugu itu dinamai orang: tugu
peringatan Absalom. (II Sam 18 : 18)
Bagi Absalom lahir tiga orang anak laki-laki dan
seorang anak perempuan, yang bernama Tamar. Ia seorang perempuan yang cantik
(II Sam 14 : 27)
Jaga Api
Im 6:13 Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas
mezbah, janganlah dibiarkan padam."
Api itu berarti gairahmu mengasihi Dia dan terus ingin lebih
intim denganNya, bisa juga bermakna kerinduanmu untuk menyelidiki dan hidup
dalam kebenaran, atau tentang karunia-karunia rohani yang sudah di depositkan
Tuhan dalam hidupmu.
Bagaimana menjaga api supaya tidak padam?
1.
Pergilah
ke kota perlindungan (Bil 35)
Di kota perlindungan yang didiami oleh orang Lewi tentunya
gaya hidup yang berkembang di lokasi tersebut adalah gaya hidup berdoa, memuji
dan menyembah.
Kota perlindungan disediakan bagi mereka yang hidup dalam
pelarian karena melakukan perbuatan melanggar hukum yang tidak disengaja.
Ketika suatu hari kita disadarkan bahwa kasih kita sudah menjadi dingin atau
hati ini kering dan kita tidak menyadari sejak awal kalau kita sudah dan sedang
kehilangan kasih mula-mula maka pergilah ke kota perlindunganmu yang berarti
kembalilah lakukan apa yang semula engkau lakukan (Why 2 : 5), yaitu bangun
kembali kehidupan doa pribadimu.
2.
Tetapkan
siapa saja yang berada dalam lingkaran hubungan yang terdekat dengan hidupmu.
Paulus adalah contoh seorang yang memiliki lingkaran
pengaruh yang mengamankan kehidupannya. Paulus mempertanggungjawabkan kehidupan
dan pelayanannya pada para rasul di Yerusalem. Di sisi lain, Paulus memiliki
rekan sekerja seperti Silas. Tetapi Paulus juga membagi hidupnya dengan
Timotius sebagai anak rohaninya.
Mari
kita saling bahu membahu menyelesaikan pertandingan dan memperoleh mahkota
abadi. Maranatha!
Langganan:
Postingan (Atom)