06 Desember 2010

Natal & HAM

Tidak berlebihan (khususnya bagi Indonesia) bila bulan Desember dimaknai sebagai bulan kemanusiaan. Diawali hari AIDS sedunia, kemudian disusul hari Pahlawan tanpa tanda jasa Nasional, setelah itu hari HAM -Hak Asasi Manusia- sedunia (di Indonesia juga ada penganugerahan Yap Thiam Hien Award), tak berapa lama kemudian hari Buruh Migran sedunia, lalu hari Ibu. Ditengah semua peringatan dan perayaan tersebut, nuansa Natal juga menggema, karena ada yang telah, ada yang sedang dan ada yang akan merayakan Natal (tidak semua umat merayakan Natal pada tanggal 25 Desember).

Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Allah adalah (being) kasih, sehingga Ia (telah) mengaruniakan (doing) AnakNya.

Keselamatan adalah ide/inisiatif, pemberian/anugerah Allah.

Dunia dapat diartikan/dipandang secara politik, geografis. Bagaimana Allah memandang dunia ini? Ketika Ia melihat dunia, Ia sedang memandang manusia (setiap orang). Jesus comes to you (and) comes to me.

Allah tidak kepalang tanggung/tidak perhitungan mengasihi manusia, Allah lahir/datang ke dunia memiliki tujuan dan hanya sebuah tujuan untuk menyelamatkan manusia/setiap manusia tidak binasa. Allah tidak pandang bulu, jadi tidak seorangpun atau sekelompok orang pun yang berhak memonopoli Allah.

HAM bertitik pangkal pada kesadaran bahwa setiap orang berharga, berbeda satu sama lainnya. Dengan kata lain, adalah kesadaran mengenai keanekaragaman, pluralitas. Berbeda tanpa membedakan itulah semangat inti HAM. Dengan semangat tersebut dirajutlah kehidupan berbeda dalam persaudaraan dan bersaudara dalam perbedaan. Inilah titik temu Natal dan HAM.

Natal itu berarti Allah mendatangi semua orang tanpa terkecuali.

-- inspirasi dari tulisan : Pdt Simon Filantropha, Esai Natal: Natal dan HAM, Jawa Pos 25 Desember 2004, hal.1 --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar