Ayub 1 : 13
– 20 dan Ayub 2 : 7 – 10 Pada suatu
hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum
anggur di rumah saudara mereka yang sulung, datanglah seorang pesuruh kepada
Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina
makan rumput di sebelahnya, datanglah orang-orang Syeba menyerang dan
merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang
luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." Sementara orang
itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari
langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga.
Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada
tuan." Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata:
"Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan
merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang
luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." Sementara orang
itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang
lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara
mereka yang sulung, maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang
gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang
muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat
memberitahukan hal itu kepada tuan."
Kemudian
Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk
dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. Lalu Ayub mengambil sekeping
beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. Maka
berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
Kita semua pernah kehilangan entah itu sesuatu
atau seseorang. Di bumi ini ada yang lahir dan ada yang meninggal, ada yang datang
dan ada yang pergi. Kita ditinggalkan dan juga meninggalkan. Tetapi pengalaman
kehilangan terberat yang pernah terjadi adalah pengalaman kehilangan dari
seorang yang bernama Ayub. Ia kehilangan : ternak, pegawai, anak dan kesehatan.
Namun ada respon yang luar biasa
Ayub 1 : 21
Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian
sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari
kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang
memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
Ayub 2 : 10
Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila!
Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang
buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Peristiwa kehilangan akan :
1.
menyadarkan bahwa kita datang di dunia dengan tidak membawa apa-apa
demikian pula nanti saat meninggalkan dunia ini. Bahwa segala yang kita miliki
itu adalah anugerah Tuhan.
2. memunculkan apa yang ada di dalam hati kita,
apa yang jadi prioritas kita, Siapa yang kita percayai. Ayub bisa kehilangan
harta benda, anak-anak sekalipun tetapi ia memilih untuk tidak kehilangan Bapa.
Siapa kita bukan ditentukan oleh apa yang kita miliki tetapi oleh Siapa yang
memiliki kita
II Sam 12 :
15 – 20 Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang
dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. Lalu Daud memohon
kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia
masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. Maka datanglah
kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai,
tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka. Pada hari
yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan
kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: "Ketika anak
itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan
perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati?
Jangan-jangan ia mencelakakan diri!" Ketika Daud melihat, bahwa
pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati.
Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: "Sudah matikah anak
itu?" Jawab mereka: "Sudah." Lalu Daud bangun dari lantai, ia
mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud
menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya
dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan.
Peristiwa ini unik, menarik,
aneh. Mengapa? Karena Daud malah mengakhiri puasanya saat anaknya mati dari
sakit yang dideritanya. Itulah yang ditanyakan oleh pegawai-pegawainya. Dan
apakah jawaban Daud ?
II Sam 12 :
21 – 23 Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: "Apakah artinya hal yang
kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan
menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!" Jawabnya:
"Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa
tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia
sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku
yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."
Apa yang kita bisa pelajari dari
hal ini ?
3. Kasihilah, usahakanlah yang terbaik, berikan
sesuatu pada orang lain disaat ia masih hidup. Penyesalan biasanya bukan karena
hal besar yang tidak kita lakukan, tetapi seringnya karena kita tidak melakukan
hal kecil / sederhana yang mestinya kita bisa lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar