Apakah diantara kita sedang atau pernah mengalami seperti
apa yang dialami pemazmur berikut ini :
a. Sudah sekian lama jawaban doa yang kita tunggu belum nampak
tanda-tandanya.
Mazmur 77:ayat 1- 5 Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun.
Mazmur Asaf. Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring
kepada Allah, supaya Ia mendengarkan aku. Pada hari kesusahanku aku mencari
Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan
dihiburkan. Apabila aku mengingat Allah, maka aku mengerang, apabila aku
merenung, makin lemah lesulah semangatku. Sela
b. Bahkan semakin diingat kebaikan Tuhan di masa lampau, semakin
seolah nampak perbedaannya. Mulai muncul pertanyaan, kenapa dulu Ia selalu menjawab
doa, sedangkan sekarang sepertinya Ia sudah berubah. Mengapa doa tidak dijawab?
ayat 6 - 11 Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku
gelisah, sehingga tidak dapat berkata-kata. Aku memikir-mikir hari-hari zaman
purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat. Aku sebut-sebut pada waktu malam
dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari-cari: "Untuk selamanyakah
Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi?Sudah lenyapkah untuk
seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? Sudah
lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena
murka-Nya?" Sela Maka kataku: "Inilah yang menikam hatiku, bahwa
tangan kanan Yang Mahatinggi berubah."
Pertanyaannya : apakah langkah pertama
yang harus kita lakukan setiap kali kita menghadapi persoalan itu adalah doa? Bahkan
parahnya ada orang yang berdoa hanya ketika menghadapi persoalan. Apakah itu tujuan
/ desain dari doa yaitu sebagai kunci penyelesaian masalah?
Yang terlebih penting bukan apa yang
kita miliki, tetapi siapa yang kita miliki. Bukan pada apa yang kita cari tetapi
pada siapa yang kita cari.
Ketika doa menjadi sebuah langkah,
ketika doa hanya dinaikkan ketika menghadapi masalah maka doa hanya akan berpusat
pada diri sendiri. Kalau ada masalah, berdoa dan jawaban/penyelesaian masalah terjadi,
pada akhirnya hanya diri kita yang menjadi pusat perhatian. Apakah Tuhan memiliki
kewajiban?
Menariknya setelah pemazmur mengeluh,
curcol tentang apa yang terjadi dan sampai pada kesimpulan apakah Tuhan berubah,
tiba-tiba ia memikirkan, memperkatakan yang berbeda sama sekali dengan sebelumnya
ayat 12-20 Aku hendak mengingat
perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari
zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan
merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah
manakah yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan
keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa. Dengan
lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela Air
telah melihat Engkau, ya Allah, air telah melihat Engkau, lalu menjadi gentar,
bahkan samudera raya gemetar. Awan-awan mencurahkan air, awan-gemawan
bergemuruh, bahkan anak-anak panah-Mu beterbangan. Deru guntur-Mu
menggelinding, kilat-kilat menerangi dunia, bumi gemetar dan bergoncang. Melalui
laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak
kelihatan. Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan
perantaraan Musa dan Harun.
Ketika ia merenungkan siapa Tuhan,
apa yang Ia telah perbuat di masa lampau itu mengubah cara dia berdoa.
- Goliath yang besar berarti kemungkinan
lebih besar batu itu terkena di dahinya. Goliath adalah cara Tuhan mempromosikan
Daud. Makin besar persoalan, makin besar mujizatnya.
- Yudas Iskariot adalah "instrument"
yang dipakai Bapa dalam sebuah "skenario keselamatan"
- Peristiwa aneh dengan permintaan
aneh dari seorang raja yang meminta orang lain memberitahukan mimpinya sementara
ia sendiri lupa adalah sebuah cara mempromosikan Daniel.
Memang Tuhan adalah Tuhan yang sanggup
melepaskan tetapi Ia juga Tuhan yang tidak pernah meninggalkan dan membawa kita
berhasil melalui persoalan.
Jika seolah Tuhan tuli atau sedang
cuti panjang, adalah supaya kita menjadi Kristen yang kokoh dan bukan menjadi seorang
Kristen "rollercoaster". Memang orang Kristen akan masih punya perasaan.
Tetapi kebahagiaan tidak dijangkarkan pada apa yang terjadi atas hidupnya. Tuhan
ingin anak-anakNya mengenal "Siapa" dan mengingini Dia lebih dari menginginkan
"apa". Dalam Dia ada damai sejahtera : "damai sejahtera Allah"
artinya Tuhan tidak pernah panik dan kehabisan akal.Lengan kita terlalu pendek untuk
bertinju dengan Tuhan.
Jadwal dan cara Tuhan adalah sempurna
bahkan ketika Ia kelihatannya sangat terlambat. Carilah Ia, karena Ia berkenan ditemui.
Itulah hak istimewa. Ia tidak pernah memberikan penundaan atau memasukkan kita pada
jadwal waiting list dan menghubungi kita kembali ketika jadwalNya tidak terlalu
padat. Untuk menjumpaiNya tidak perlu ada negosiasi waktu terlebih dahulu dan tidak
perlu performance untuk mendapatkan perhatianNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar