21 April 2013

Ketika doa belum / tidak terjawab


Apakah diantara kita sedang atau pernah mengalami seperti apa yang dialami pemazmur berikut ini :

a. Sudah sekian lama jawaban doa yang kita tunggu belum nampak tanda-tandanya.

Mazmur 77:ayat 1- 5 Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Asaf. Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah, supaya Ia mendengarkan aku. Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan. Apabila aku mengingat Allah, maka aku mengerang, apabila aku merenung, makin lemah lesulah semangatku. Sela

b. Bahkan semakin diingat kebaikan Tuhan di masa lampau, semakin seolah nampak perbedaannya. Mulai muncul pertanyaan, kenapa dulu Ia selalu menjawab doa, sedangkan sekarang sepertinya Ia sudah berubah. Mengapa doa tidak dijawab?

ayat 6 - 11 Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah, sehingga tidak dapat berkata-kata. Aku memikir-mikir hari-hari zaman purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat. Aku sebut-sebut pada waktu malam dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari-cari: "Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi?Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?" Sela Maka kataku: "Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah."

Pertanyaannya : apakah langkah pertama yang harus kita lakukan setiap kali kita menghadapi persoalan itu adalah doa? Bahkan parahnya ada orang yang berdoa hanya ketika menghadapi persoalan. Apakah itu tujuan / desain dari doa yaitu sebagai kunci penyelesaian masalah?

Yang terlebih penting bukan apa yang kita miliki, tetapi siapa yang kita miliki. Bukan pada apa yang kita cari tetapi pada siapa yang kita cari.

Ketika doa menjadi sebuah langkah, ketika doa hanya dinaikkan ketika menghadapi masalah maka doa hanya akan berpusat pada diri sendiri. Kalau ada masalah, berdoa dan jawaban/penyelesaian masalah terjadi, pada akhirnya hanya diri kita yang menjadi pusat perhatian. Apakah Tuhan memiliki kewajiban?

Menariknya setelah pemazmur mengeluh, curcol tentang apa yang terjadi dan sampai pada kesimpulan apakah Tuhan berubah, tiba-tiba ia memikirkan, memperkatakan yang berbeda sama sekali dengan sebelumnya

ayat 12-20 Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa. Dengan lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela Air telah melihat Engkau, ya Allah, air telah melihat Engkau, lalu menjadi gentar, bahkan samudera raya gemetar. Awan-awan mencurahkan air, awan-gemawan bergemuruh, bahkan anak-anak panah-Mu beterbangan. Deru guntur-Mu menggelinding, kilat-kilat menerangi dunia, bumi gemetar dan bergoncang. Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan. Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun.

Ketika ia merenungkan siapa Tuhan, apa yang Ia telah perbuat di masa lampau itu mengubah cara dia berdoa.

- Goliath yang besar berarti kemungkinan lebih besar batu itu terkena di dahinya. Goliath adalah cara Tuhan mempromosikan Daud. Makin besar persoalan, makin besar mujizatnya.
- Yudas Iskariot adalah "instrument" yang dipakai Bapa dalam sebuah "skenario keselamatan"
- Peristiwa aneh dengan permintaan aneh dari seorang raja yang meminta orang lain memberitahukan mimpinya sementara ia sendiri lupa adalah sebuah cara mempromosikan Daniel.

Memang Tuhan adalah Tuhan yang sanggup melepaskan tetapi Ia juga Tuhan yang tidak pernah meninggalkan dan membawa kita berhasil melalui persoalan.

Jika seolah Tuhan tuli atau sedang cuti panjang, adalah supaya kita menjadi Kristen yang kokoh dan bukan menjadi seorang Kristen "rollercoaster". Memang orang Kristen akan masih punya perasaan. Tetapi kebahagiaan tidak dijangkarkan pada apa yang terjadi atas hidupnya. Tuhan ingin anak-anakNya mengenal "Siapa" dan mengingini Dia lebih dari menginginkan "apa". Dalam Dia ada damai sejahtera : "damai sejahtera Allah" artinya Tuhan tidak pernah panik dan kehabisan akal.Lengan kita terlalu pendek untuk bertinju dengan Tuhan.

Jadwal dan cara Tuhan adalah sempurna bahkan ketika Ia kelihatannya sangat terlambat. Carilah Ia, karena Ia berkenan ditemui. Itulah hak istimewa. Ia tidak pernah memberikan penundaan atau memasukkan kita pada jadwal waiting list dan menghubungi kita kembali ketika jadwalNya tidak terlalu padat. Untuk menjumpaiNya tidak perlu ada negosiasi waktu terlebih dahulu dan tidak perlu performance untuk mendapatkan perhatianNya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar